Mula-mula saya sering lihat di tv , kok ada yach sekolah yang sampai ambruk., kok ada anak sekolah yang harus sekolah dengan jalan kaki sepanjang berkilo meter, kok ada anak yang punya kemauan keras untuk tetap sekolah walaupun guru dan perlengkapan sekolah terbatas.
Berangkat dari apa yang kulihat timbul inspirasi kenapa tidak mengajar ketika saya sudah punya waktu karena pension. Tapi mau mengajar dimana karena tidak punya pendidikan untuk mengajar. Suatu waktu ketika saya sedang olahraga, ketemu dengan teman yang menjadi pemilik suatu yayasan sekolah anak kurang mampu. Saya cerita pengin mengajar. Teman bilang kenapa tidak memberikan pelajaran ekskul pelajaran bahasa Inggris. Gayung bersambut, tawaran tidak kulewatkan. Mengajar tanpa bayaran , tapi memang inspirasiku sudah terealisasi.
Sudah dibayangkan bagaimana sekolahnya? Belum. Kupikir paling tidak ada kelas dengan bangku dan bangunan yang kokoh. O tidak ternyata sekolah itu rumah seorang keluarga yang rela dipinjamkan untuk sekolah. Kondisi rumah juga sudah kurang baik karena ada di lingkungan di perumahan RSS , rumah sangat sederhana. Kelasnya sebuah ruangan kecil untuk 12 anak play group . Mengajar pertama kali tidak mudah karena belum mengenal sejauh mana kemampuan anak –anak . Sangat sederhana kubuat dari hitungan dan alphabethical. Minggu depan di ulang tetap tidak ingat, hanya 1 atau 2 anak yang masih sedikit ingat. Tidak menyerah kubuat nyanyian yang berhbungan dengan kata2 yang diajarkan. Minggu depan diulang lagi, masih belum ingat. Wah hampir nyaris menyerah mengjajar. Apa yang salah? Metodenya atau anaknya?
Belajar terus menyiasati dan mengetahui kelemahan anak, metode disesuaikan.
Akhir pengajaran, saya kehilangan seorang anak yang cerdas untuk bahasa inggris. Tingal yang biasa saja. Yach paling tidak mereka sudah tahu basicnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar